Minggu, 11 Oktober 2015
Sabtu, 19 September 2015
Jurnal Penyesuaian Perusahaan dagang
Penyusunan jurnal penyesuaian di perusahaan dagang tidak jauh beda dengan penyusunan jurnal penyesuaian di perusahaan jasa. Penyesuaian yang terdapat di perusahaan jasa maupun perusahaan dagang yaitu penyesuaian tentang kas, pemakaian perlengkapan, penyusutan aktiva tetap, pembayaran beban dibayar di muka, penerimaan pendapatan diterima di muka, beban yang masih harus dibayar, serta pendapatan yang masih harus diterima. Penjelasan mengenai bagaimana cara menyusun jurnal penyesuaian terhadap akun- akun di atas bisa dilihat di sini dan disini.
Dalam perusahaan dagang, selain menyesuaikan akun- akun tersebut di atas, terdapat 2 akun lagi yang perlu disesuaikan yaitu persediaan barang dagang dan kerugian piutang.
1.
Menyesuaikan
Persediaan Barang Dagang
Perlu diketahui bahwa dalam
perusahaan dagang, terdapat dua metode pencatatan persediaan barang dagang,
yaitu metode fisik dan metode perpektual. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan
pencatatan penyesuaian persediaan barang dagang diantara kedua metode tersebut.
- Penyesuaian Persediaan Barang Dagang (Metode Fisik)
Untuk menyesuaikan persediaan barang
dengan metode fisik, akun yang digunakan adalah akun persediaan barang dagang
dengan Ikhtisar Laba- Rugi. Ayat Jurnal Penyesuaiannya adalah sebagai
berikut:
Ikhtisar Laba- Rugi
xxx
Persediaan Barang Dagang (Awal)
xxx
Persediaan Barang Dagang (Akhir)
xxx
Ikhtisar Laba-
Rugi
xxx
Keterangan:
Jurnal yang pertama (Persediaan awal)
digunakan untuk menghilangkan nilai akun persediaan awal, dengan mendebit akun
Ikhtisar Laba - Rugi dan mengkredit akun Persediaan Barang Dagang awal,
nilainya adalah nilai persediaan barang dagang awal.
Junal yang kedua adalah penyesuaian
yang dilakukan setelah adanya perhitungan terhadap persediaan barang dagang
(akhir) yang terdapat di gudang, sehingga jumlah saldo persediaan barang dagang
menunjukan kondisi yang sebenarnya saat penyusunan neraca.
- Penyesuaian Persediaan Barang Dagang (Metode Perpektual)
Untuk menyesuaikan persediaan barang
dagang dengan metode perpektual akun yang akun yang berhubungan dengan
perhitungan Harga Pokok Penjualan yaitu Persediaan barang dagang (awal),
pembelian, beban angkut pembelian, potongan pembelian, retur pembelian, dan
persediaan barang dagang (akhir). Adapun ayat penyesuaiannya adalah sebagai
berikut:
Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan
barang Dagang (awal) xxx
Pembelian xxx
Beban
Angkut Pembelian xxx
Persediaan barang dagang (akhir) xxx
Potongan Pembelian xxx
Retur Pembelian xxx
Harga
Pokok Penjualan xxx
Senin, 14 September 2015
Materi PPh 26
Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/ dipotong atas penghasilan yang
bersumber dari
Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) Luar Negeri
selain Bentuk
Usaha Tetap
(BUT) di Indonesia.
Subjek PPh pasal 26:
- Badan Pemerintah;
- Subjek Pajak dalam negeri;
- Penyelenggara Kegiatan;
- BUT;
- Perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya selain BUT di Indonesia
Tarif PPh pasal 26
PPh pasal 26 dikenakan tarif pajak final sebesar 20% dari:
- Jumlah penghasilan bruto yang diperoleh wajib pajak luar negeri yang berupa deviden, bunga, royalti,imbalan sehubungan dengan jasa, pensiun, dan pembayaran lainnya.
- Jumlah penghasilan neto yang berupa penghasilan dari penjualan harta di Indonesia dan premi asuransi
- Penghasilan
Kena Pajak sesudah dikurangi
pajak
dari suatu BUT di Indonesia, kecuali penghasilan
tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.
Perbedaan PPh Final dan PPh tidak Final
1. PPH Final, dihitung dari penghasilan bruto tanpa memperhitungkan biaya-biaya untuk memperoleh, managih dan memelihara penghasilan.
PPh tidak Final, dihitung dari Penghasilan netto yaitu penghasilan bruto ± biaya-biaya untuk memperoleh, menagih dan memelihara penghasilan
PPh tidak Final, dihitung dari Penghasilan netto yaitu penghasilan bruto ± biaya-biaya untuk memperoleh, menagih dan memelihara penghasilan
2. PPH Final, dikenakan tarif dan dasar pengenaan pajak tertentu yang diatur dengan Peraturan Pemerintah atau Keputusan Menteri Keuangan.
PPh tidak Final, dikenakan tarif umum pajak progresif
PPh tidak Final, dikenakan tarif umum pajak progresif
3.PPh Final, Jumlah PPh yang dipotong pihak lain atau dibayar sendiri tidak dapat dikreditkan pada SPT tahunan.
PPh tidak Final, Jumlah PPh yang dipotong pihak lain atau dibayar sendiri dapat dikreditkan pada SPT Tahunan
PPh tidak Final, Jumlah PPh yang dipotong pihak lain atau dibayar sendiri dapat dikreditkan pada SPT Tahunan
Materi PPh pasal 26, silakan download disini
Selasa, 27 Januari 2015
Persediaan
Persediaan adalah aktiva dalam bentuk barang atau perlengkapan yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan atau barang- barang yang akan dijual kembali. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa cakupan persediaan tardiri dari:
- Barang yang tersedia untuk dijual (Goods Available for Sale), merupakan persediaan barang dagang untuk perusahaan dagang dan persediaan barang jadi untuk manufaktur.
- Barang dalam proses produksi (work in Process), diebut juga sebagai barang dalam proses.
- Barang dalam bentuk bahan baku ataupun bahan penolong yang akan dimasukkan dalam proses produksi yang nantinya akan diproses menjadi barang jadi.
Jenis Persediaan
Perusahaan Dagang, dalam perusahaan dagang persediaan terdiri dari persediaan barang yang tersedia untuk dijual
Perusahaan Manufaktur, dalam perusahaan manufaktur persediaan terdiri dari bahan baku (raw material inventory), barang dalam proses (work in process inventory), Barang Jadi (Finished Good Inventory).
Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva/ kekayaan perusahaan yang memiliki manfaat/ umur ekonomis lebih dari satu tahun, yang digunakan dalam operasi perusahaan, dan bukan untuk dijual kembali. Berdasarkan definisi tersebut, dapat diperoleh karakteristik dari aktiva tetap, yaitu:
- Aktiva tetap bukan investasi jangka panjang
- Dapat digunakan dalam beberapa periode akuntansi
- Dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan, bukan untkuk dijual kembali
- Memiliki nilai material yang cukup besar
Klasifikasi aktiva tetap
Aktiva Tetap Berwujud (Tangible Fixed Assets)
- Aktiva tetap subjek penyusutan (Peralatan, Kendaraan, Gedung, Bangunan)
- Aktiva tetap subjek Deplesi (Tambang, Sumber Daya Alam)
- Aktiva tetap bukan subjek penyusutan maupun deplesi (Tanah)
Aktiva Tetap tidak Berwujud (Intangible Fixed Assets)
- Hak Cipta (hak yang diperoleh untuk memperbanyak/menjual hasil karya seni/ intelektual)
- Hak Paten (hak yang diberikan oleh pemerintah kepada orang/ badan atas penemuan sesuatu)
- Merk Dagang (hak tunggal untuk penggunaan lambang, cap, simbol, dan nama)
- Franchise (hak dari suatu perusahaan ke perusahaan lain untuk mengkomersilkan suatu produk, proses produksi, teknik, dan resep tertentu)
- Goodwill (nilai lebih yang dimiliki perusahaan akibat adanya nama baik, letak yang strategis, manajer yang baik, dsb)
Deplesi adalah penurunan nilai/ penyusutan aktiva tetap yang berupa sumber daya alam.
Selasa, 20 Januari 2015
Laporan Keuangan Perusahaan
Setiap
akhir periode akuntansi, perusahaan diwajibkan membuat laporan keuangan. Tujuan
penyusunan kaporan keuangan adalah memberikan informasi
tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi stakeholder perusahaan untuk membuat
keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen kepada pemilik atas
penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Secara umum
laporan keuangan yang disusun atas perusahaan terdiri dari laporan laba rugi,
laporan perubahan modal/ laporan laba di tahan, neraca, laporan arus kas, dan
catatan atas laporan keuangan.
1.
Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi
merupakan laporan keuangan yang melaporkan aktivitas operasional perusahaan dengan memperhitungkan pendapatan dan beban
selama satu periode sehingga dapat ditentukan laba atau rugi perusahaan. Tujuan
penyusunan laba rugi adalah untuk memberikan informasi tentang keberhasilan
manajemen dalam mengelola perusahaan (yang diukur dari laba) dalam suatu
periode. Laporan Laba Rugi dapat disajikan dalam dua bentuk,
yaitu:
a. Single
Step (satu langkah)
Seluruh pendapatan dikumpulkan menjadi satu, setelah itu
dikurangi dengan seluruh beban/ biaya. Bentuk laporan laba rugi single step
adalah sebagai berikut:
b.
Multiple Step
Penyusunan laporan Laba/ Rugi dilakukan
secara bertahap, dengan cara memisahkan kelompok pendapatan di luar usaha dan
pendapatan dari luar usaha serta beban usaha dan beban di luar usaha. Bentuk
laporan laba rugi multiple step ini
biasa digunakan pada Perusahaan Dagang dan Manufaktur.
Pajak penghasilan
Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.Subjek pajak penghasilan adalah orang pribadi, warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan yang berhak, badan, dan bentuk usaha tetap.Subjek pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Subjek dalam negeri yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia. subjek pajak dalam negeri badan adalah badan yang didirikan atau bertempat dan berkedudukan di Indonesia.
- Subjek pajak luar negeri yaitu orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempet kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Kewajiban pajak Subjektif
Kewajiban pajak subjektif adalah penentuan kapan mulai berlaku dan berakhirnya seseorang atau badan disebut sebagai subjek pajak penghasilan.
Materi tentang pajak penghasilan umum silakan download di link berikut ini:
Pajak
Apa itu Pajak?